Rabu, 29 Februari 2012

SURAT CINTA UNTUK SANG MAHA PENCIPTA

( Muhammad Zavied Firdaus )


Bismillahirrahmanirrahiim..~ ~ Ya Robbi.. izinkan aku mengungkapkan isi hatiku, menyimbahkan air mata penyesalan.. Izinkan aku melangkahkan kakiku menuju keridhoan-Mu, mengalunkan lagu kerinduan akan ampunan-Mu, menorehkan tinta diatas kertas putih untuk mengharap cinta-Mu, cinta yang tak akan pupus ditelan masa,tak akan lekang karena panas, tak akan luntur karena hujan. Cinta yang melahirkan sejuta asa, cinta yang membuat jiwa ini tenang, hati menjadi sejuk, lisan berucap kata indah penuh makna, bibir memperlihatkan senyum keikhlasan, tangan berayun dan berbuah kedermawanan..~ Ya Robbi..~ 24 jam diriku menjalani aktivitas hidup yang sarat dengan godaan, cobaan dan tantangan. 24 jam terasa hidup ini penuh dengan kesibukan yang berbau kemunafikan, 24 jam hidup ini terasa hampa dari sentuhan lembut kejujuran 24 jam hidup ini gersang dari keteduhan pohon iman 24 jam pikiran berada ditengah persaingan dengan wajah-wajah garang tak bersahabat 24 jam hati ini dibawah cinta semu dan sesaat. 24 jam serasa berada dalam penjara materialisme. Ya Robbi..~ kusadari kini, waktu telah mengajarkan kepadaku, dalam 24 jam begitu deras mengalir cinta-Mu kepada ku laksana air jernih dari hulu yang tidak akan pernah habis. Mulai pagi hari yang cerah hingga kegelapan malam menjemputku dan mengantarkan aku dipembaringan sesaat. Kini kusadari betapa sayangnya Engkau kepadaku, melindungiku dengan sifat Al-Muhyii-Mu, mengasihiku dengan sifat Rahman-Mu, menyelimutiku dengan rahmat-Mu, tersenyum walau segala tingkah lakuku yang terkadang menyebalkan, menyapa lembut meski segala keangkuhanku yang tidak tau diri. Menghiburku meski aku terus bersedih entah apa yang hilang dariku, bingung dengan apa yang ada dalam pikiranku, tidak bergairah walau tenaga masih dikandung badan. Capek rasanya diri ini setelah sekian lama berada dalam kegelisahan yang entah samapi kapan kan berakhir. Kini kucoba untuk meniti waktuku yang selama 24 jam aku lalui sebagaimana dalam 24 jam cinta-Mu tak pernah putus untukku. Ya Robbi..~ Saat aku bangun dari tidurku di ambang pajar, terbayang olehku kesibukan hari itu dengan segala persoalannya, aku lupa padahal engkau telah menyapaku dengan lantunan merdu adzan subuh yang sesungguhnya kudengar dari segala penjuru menara masjid. Saat menjelang terbit sang surya, aku selalu sibuk dengan segala peralatan kuliahku, bahkan sesekali kesal plus ngomel karena salah satunya ada yang hilang, aku tidak sadar kalau pagi yang cerah itu dan dengan cinta-Mu, engkau telah isi diri ini dengan kekuatan tenaga yang siap untuk bergerak. Ditengah perjalanan, saat kendaraan merduyun-duyun menjemput rizki-Mu, aku juga kesal dengan kemacetan yang menjadi pemandangan pagi yang menyesakkan nafas, aku lupa akan kesempatan yang engkau berikan kepadaku untuk sesaat menyebut nama-Mu, karena dengan cinta-Mu, Engkau selalu beri kesempatan untuk sejenak diam dan menyebut asma-Mu. Sesampai ditempat tujuan, aku sibuk dengan segala persiapan memulai kuliah, yang mestinya ada kata alhamdulillah yang keluar dari lisanku setelah perjalanan yang telah engkau lindungi hingga aku selamat sampai ditemat tujuan, lagi-lagi aku lupa akan cinta-Mu. Disaat menjelang istirahat siang, ada waktu sedikit yang aku miliki, tapi aku sibuk dengan HP, internet dan menerawang kedunia maya sambil asik tertawa, pikiranpun mulai membayangkan menu apa untuk makan siang ini, dimana makannya, dengan siapa dan akan membahas topik apa. Padahal istirahat siang adalah kesempatan yang Engkau berikan untuk men-charge kembali staminaku dengan sejenak menghadap-Mu, karena cinta-Mu, Engkau salurkan energi baru setelah setengah hari keletihan, tapi waktupun habis untuk makan siang. dan sesaat untuk melaksanakan shalat. Terasa jenuh dan sesaat berhenti, segera tanganku bergerak untuk membeli cemilan dan minuman agar tidak ngantuk. Aku lupa kalau al-quran yang ada disampingku siap menemaniku sepanjang hari agar aku tidak ngantuk, agar selalu ada tambahan poin pahala disela-sela kejenuhanku. Kini aku bersiap-siap untuk pulang setelah seharian sibuk di kampus, terbayang dipikiranku saat pulang langsung istirahat. Aku lupa bersyukur kepada-Mu yang dengan cinta-Mu , telah menghantarkanku bisa menjalani hidup satu hari dengan karya pikiran, tenaga dan waktu serta kesehatan yang telah Engkau karuniakan kepadaku. Saat magrib tiba, pikiranku juga fokus pada frame time acara di televisi dengan segudang tayangan menarik, remote controlpun masih lengket ditelapak tangan seakan tidak mau lepas, padahal waktu kecil dulu, saat magrib aku selalu diajari untuk akrab dengan al-quran hingga datang waktu isya. Malam mulai menyapa dan mata terasa lelah dan jenuh, terbayang empuknya kasur dan nyamannya ruangan ber-ac. Akupun membaringkan jasad lunglai ini diatas kasur dan lupa kalau Engkau telah memberikan segalanya untukku hari ini. Aku lupa bahwa engkau begitu cinta kepadaku hingga begitu besar perhatian-Mu kepadaku dan menginginkan aku sukses hari ini, sukses dunia kini telah ku raih, tapi bagaimana dengan akhiratku? Dikeheningan malam, semua pikiran aku kumpulkan, semua yang aku miliki aku hitung, harta, keluarga, temani adalah buah cinta-Mu kepadaku, begitu tulus cinta-Mu hingga semua yang aku inginkan Engkau penuhi. . Cinta yang terungkap lewat perhatian dan kenikmatan yang tak terhingga telah engkau buktikan, apa lagi yang kurang dari-Mu, tidak ada, tidak satupun yang kurang. Yang kurang adalah diri ini dengan segala kealpaan, sikap acuh dan terkadang angkuh, prilaku cuek dan tidak peduli, merasa cukup dan tidak tau balas budi, merasa terhormat dan kurang menghormati, seakan diri ini kekal dan abadi, lupa akan akhir dari kehidupan yang nisbi, lalai akan sang Pencipta yang maha sempurna ciptaan-Nya, maha mencintai yang tidak pernah pilih kasih, lupa akan kalau ending dari kehidupan adalah ajal yang terus mengintai setiap second, detik, setiap menit setiap jam dan seterusnya. ~ Ya Robbi..~ yang maha mencintai, ampuni diri ini dengan segala kepongahan dan kedunguan, ampuni diri ini yang telah jauh dari cinta-Mu, kini telah tersadarkan akan segala kelembutan cinta-Mu, tak ada yang kuharap selain mengalirnya cinta-Mu kepadaku hingga aku bisa mencinta-Mu dengan segala yang aku mliki, harta, jabatan, kecerdasan, waktu, pikiran, keluargai dan masih banyak dari nikmat-Mu yang belum aku sadari. Aku ingin menjadi hamba yang bisa mencintai sebagimana yang telah engkau ajarkan kepada ku, aku ingin belajar menumbuhkan cinta dalam jiwaku yang telah diselimuti oleh cinta-Mu. Terimalah cintaku yang akan aku buktikan dengan sujud tulus dan ruku ikhlas, airmata kerinduan akan ampunan-Mu, tangan yang menengadah penuh harap dan asa, terimalah surat cintaku lewat alunan ayat-ayat-Mu yang penuh makna, bimbinglah aku untuk selalu mengikuti prilaku Rosul-Mu, semua aku lakukan sebagai pengabdian dari sisa waktuku yang entah tersisa berapa lama lagi. Aku tidak ingin meninggalkan hidup ini tanpa cinta-Mu, tanpa ampunan-Mu, tanpa kasih sayang-Mu. Sebagaimana firman-Mu " Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS. Attaubah : 24) KATA HIKMAH Hari ini adalah salah satu milik Allah. Akankah milikNya ini akan kita kotori dengan perbuatan buruk ? pantaskah kita meminjamnya dengan salah ?

Senin, 22 November 2010

Detik-detik kematian Rasulullah dan Permintaan Terakhir Beliau.

Dikisahkan pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku".



Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. syarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.



Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemahdengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurmayang menjadi alas tidurnya.



Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berserumengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya.Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,"Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.



"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara,dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,"kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai.



Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini."Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah? " tanya Rasululllahdengan suara yang amat lemah."Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu".



"Semua pintu surga terbuka lebar menanti kedatanganmu" kata Jibril.Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuhkecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" tanya Jibril lagi."Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?""Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allahberfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umatMuhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.



Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang."Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh.Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalamdan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu."Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.



Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku". Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi.



Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segeramendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."



Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.

Sabtu, 29 Mei 2010

...KETIKA THE HOLY QUR’AN DILECEHKAN...

...KETIKA THE HOLY QUR’AN DILECEHKAN...

“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an. Dan sesungguhnya kami benar-benar menjaganya.”
(QS. Al-Hijr : 9)

Mohammed Mazaous tak pernah tau mengapa ia ditangkap. Warga Maroko yang tengah berada di Pakistan itu hanya tau bahwa dia Masih shock setelah dua menara kembar WTC di hantam dua pesawat komersil berbadan besar, 11 September 2001. ia tiba-tiba disergap dan tanpa di adili harus mendekam dibalik dinding tebal penjara Guantanamo, Kuba. Penjara milik Amerika Serikat itu kemudian menghadirkan Drama Pilu yang menyayat kecil-kecil Hati Mazaous.

Sperti lazimnya tawanan, Mazaous mendapatkan siksa fisik yang membuat tubuhnya babak-belur. Tapi Mazaous merasakan sakit yang jauh lebih berat, saat siksa yang diterimanya menyerang nurani dan hatinya. Matanya menyaksikan sendiri bagaimana Al-Qur’an, kitab suci yang diyakininya, dilecehkan para interegator yang bertugas di penjara berpenghuni mayoritas tahanan Afghanistan itu.
“Mreka merobek dan melemparkanya. Mreka mengecengi dan menginjak-injaknya,” Ujarnya pilu sebagaimana dikutip Los Angles Times.
“Kami mohon kepada mreka agar tidak melakukan itu tapi mreka melakukanya lagi dengan leih buruk,” Ujarnya lagi.

Penggalan kisah ini mengikuti kisah-kisah menggemparkan sebelumnya yang dilansir Majalah Newsweek, 9 Mei 2005, tentang pelecehan Al-qur’an di penjara Guantanamo. Hampir disemua negara muslimreaksi keras bermunculan. Di Afghanistan dilaporkan aksi protes berjalan dengan tensi yang amat tinggi . 19 orang pemrotes dilaporkan tewas sementara ratusan lainya luka-luka. Aksi-aksi ini kemudian kita ketahui memerahkan telinga otoritas pertahanan Amerika Serikat (AS), hingga mreka melalui juru bicara Pentagon, Lawrence Di Rita, mengklarifikasi pemberitaan itu. Pihak Newsweek kemudian juga mengeluarkan Klarifikasi bahwa apa yang mreka beritakan tak dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya.

RUSDHIE

Belakangan, barulah pihak Militer Amerika Serikat AS melalui laporan Infestigasi yang dibacakan komandan penjara Guantanamo, Brigjen Jay Hood, mengakui telah terjadi 5 insiden pelecehan Al-Qur’an. Rincian Laporanya : Al-Quran ditendang, diijnjak, dikencingi, dan dibasahi dgn air dalam insiden itu. Hasil investigasi ini menjadi laporan yang menghebohkan di awal Junu 2005.
Kasus Guantanamo merupakan kasus terbesar kedua yang berkenan dengan penodaan Al-Quran dalam dua dekade belakangan. 22 tahun lalu kasus menghebohkan terjadi di London. Tanggal 26 September 1988 dunia terhentak saat Viking Penguin menerbitkan The Satanic Verses (ayat-ayat setan) karya penulis ternama Salman Rushdie. Judul Rushie amat provokatif, sebab melesetkan kata-kata The Quranic Verses (Ayat-ayat Al-Qur’an) .
Di hampir semua Negara berpenduduk Muslim, peredaran buku tersebut dilarang, termasuk Indonesia. Sebagaimana kasus Guantanamo, korban pun jatuh. 6 orang tewas dan Ratusan lainya luka-luka dalam aksi Protes di Islamabad, Pakistan, 12 Februari 1989. dua hari kemudian, bertepatan dengan hari Valentine, Theran mempublikasikan fatwa Ayatullah Komeini yang menjatuhkan Salman Rusdie Hukuman Mati. Sepuluh hari berselang , 14 orang demonstran terbunuh di tangan Polisi India dalam aksi Protes di Bombay, tempat kelahiran Rusdhie.
Peotes keras di dua kasus pelecehan Al-Qur’an tersebut amat logis adanya. Bahkan didengkot kafir Quraisy yang kemudian di ampuni Nabi Muhammad saw dalam peristiwa Fath Makkah, Ikrima bin Abi Jahal, diriwayatkam amat gusar jika melihat lembaran bertuliskan Ayat-ayat Al-Qur’an tersentak dan tanpak sia-sia. Ikrima segera akan memungutnya selembar demi selembar seraya berujar keras “ Ini adalah kalam TuhanMu! Ini adalah kalam TuhanMu! Membesarkan Kalam Allah berarti Membesarkan Allah !”

ISYARAT

Penghormatan Al-Qur’an sendiri dalam islam merupakan penghormatan yang tak main-main. Sedemikian besar penghormatan itu hingga islam mengenal tata cara tersendiri dalam memperlakukan Al-Qur’an. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengatakan, “adab memperlakukan Al-Qur’an berada pada wilayah lahir dan batin”.

Kita disunnahkan berwudhu dan bersih dari Najis, meletakan al-Qur’an ditempat Tinggi dan bersih, berpakaian baik serta menghadap kiblat setiap kali ingin membaca Al-Qur’an, sebagai adab lahir terhadap kalam Allah itu. Sementara adab Batin berhubungan dengan sikap spiritual dan ruhaniah. Kita harus memasrahkan dan mensungguhkan Hati dalam memahami Makna Al-Qur’an hingga Cahayanya Meresap ke Jiwa.

Setiap orang muslim yang marah mendengar Al-Qur’an dilecehkan di Guantanamo menandakan Al-Qur’an dicintai oleh Muslim itu. Namun jika kejadian itu ditarik lebih dalam, ada semacam Isyarat Allah yang bersuara. Barangkali kejadian di Guantanamo ini juga teguran bagi kita. Sudahkah kita sebagai umat yang diwarisi Kitab Suci itu menghormati kalam Allahitu dalam keseharian kita ?! dan apakah kita telah cukup baik memakainya, sementara setiap hari al-Qur’an lebih sering diam di lemari dan Laci Meja.,??????

Semoga Allah mengampuni kita semua........ Amien.......


(Hidayah 50)

....KETIKA KEPEDIHAN TAK KUASA MENGHAPUS KEBAHAGIAAN.... (IHSAN, AMAL, Dan TUNTUNANYA)

Tak ada pertentangan antara mengimani takdir dan kegiatan meminta kekuatan atau di hindarkan dari takdir buruk. Allah-lah yang paling mengetahui detail masalah ini.takdir-nya memang sudah tertentu dan bersifat mutlak, tapi kasih sayang-nya yang besar dan mendamaikan, membuat takdir sebesar apa pun tak akan berefek sedikit pun pada hamba-hamba terpilih yang di kasihi-nya. Bahkan, kadang berganti karunia dan hal yang menggembirakan dengan cepat.

Pintu iman akan membuka pintu lain yang lebih besar, yakni pintu ihsan.inilah yang disebut rasulullahsebagai tingkatan tertinggi saat seseorang beribadah seakan-akan ia melihat allah. Dapat melihat allah adalah puncak tertinggi spiritualitas. Seseorang yan g dapat mencapainya akan sampai pada ruh shalatnya sebagai wujud hakiki yang bertemu dan bertatap muka dengan rabb-nya. Ia khusyukdan memasuki kegaiban shalatnya hingga pahala dan manfaat shalat ia terima dengan utuh. Bukan setengah, sepertiga,seperempat atau sepersepuluh-nya kekhusyukan telah menjadi garis yang memisahkan manusia. Mreka yang Sholat tapi masih mengingat hal-hal lain tentulah berbeda dengan orang sholat yang telah memutuskan segala hal selain Allah dalam mata, Hati dan Fikiranya. Ia berjumpa sang Rahman dan Rahim dalam Hening Sujud, Ruku, Duduk dan Berdirinya.

Pintu tuntunan Allah juga terbuka lebar ketika seseorang menjaga dirinya dari maksiat, mengerjakan amal sunah melebihi amal wajibnya, serta senantiasa berdo’a dan berjikir. Amal-amal ini dikenal baik oleh kita dan selalu di anjurkan setiap ulama. Iman, Ikhsan, Serta Beramal wajib dan Sunah secara cepat membawa seorang Hamba dekat denganya. Jalan penuh liku dan onak seberat apa pun tak akan menghalangi perjalanan itu sampai hari penentuan berlangsung.

Tragedi memang akan menghadang dan penderitaan mampir dalam hidup, namun tentulah tak akan berarti apa-apa selama bimbingan dan cahaya allah memenuhi Hatinya. Kepedihan paling dahsyat sekalipun akan dapat dilawan dengan kebahagiaan dalam rahmatnya, perasaan kehilangan seberat apa pun dapat diredam dengan tiupan ketenangan serta kedamaian tuntunanya.

Allah swt sendiri melalui sabdah Rasulnya memberi gambaran yang menggetarkan seperti apa tuntunan itu.

“...seoarang hamba yang berusaha mendekatkan diri kepadaku dengan ibadah yang aku wajibkan dan aku sunahkan maka aku akan mencintainya. Bila aku mecintainya, aku menjadi telnganya untuk mendengar, metanya untuk melihat, tanganya untuk digrakkan, dan kakinya untuk berjalan. Apa bila ia memanjatkan Do’a, aku akan mengabulkanya. Apa bila ia memohon perlindungan, aku pasti melindunginya. Aku tidak pernah ragu untuk melakukan sesuatu sepertu keraguanku ketika mencabut nyawa seorang hambaku yang mukmin. Aku membenci apa yang dibencinya.” (HR. Imam Bukhari)

Demikian indah tuntunan ini, Allah memulainya dengan menyatakan Cinta...
Tentulah surga paling nikmat sekalipun tak akan mampu menandingi kebahagiaan orang yang mendapat CINTA Allah. Dengan cinta itu, Allah menyusup kedalam pendengaran hamba itu dan bimbinganya untuk mendengar hal-hal mulia dan suci. Allah juga masuk kepenglihatanya, menjadikan segala hal terang esensi, makna, serta kesejatiannya.

Allah juga menjadi kaki dan tangan hamba itu, hingga langkah dan perbuatanya selalu akan mengarah kepada cahaya dan kesucian hakiki. Tuntunan itu juga membuat do’a tak memiliki hijab, langsung diperkenankan olehnya. Sedemikian dalam cinta dan hubungan itu hingga Allah memberi gambaran bahwa ia seakan-akan ragu mencabut nyawa hambanya yang berada dalam tuntunanya itu padahal dia adalah Dzat yang Iradat dan Qudratnya selalu berlangsung dengan lugas dan tanpa Syak.

Semoga kita berada dalam tuntunan itu, merasakan kebahagiaan yang dapat mengalahkan kepedihan macam apa pun, menjadi seperti Hujan pertama yang turun setelah kemarau panjang. Amien .

Sabtu, 22 Mei 2010

“MENAKLUKAN” TAKDIR

Dalam kehidupan nyata beriman kepada takdir barangkali hal yang berat kita lakukan karna sifatnya yang konkret.

Hati manusia cenderung Goyah jika dihadapak dengan Takdir yang menghadirkan kepedihan.

Allah dengan kuasa dan rahmatnya menghadirkan sekian banyak takdir dalam rentang Hidup manusia sebagai hal yang pasti.

Tengoklah sirah Nabi dan kita akan mendapatkan banyak hal yanh memilukan. Laki-laki mulia itu meski menjalani ketentuan pahit saat warga Thaif menzaliminya sampai ia terluka. Darah segar juga mengucur dari wajah sucinya saat beliau terluka di perang Uhud. Tangisnya yang suci tak mampu menghalangi ketentuan Allah mewafatkan orang-orang tercintanya, istri terkasih Khadijah, paman pembelanya Hamzah, dan Abu thalib, bahkan Ayah dan Bundanya sendiri, Abdullah dan Aminah.

Tangis Sahabat, Jibril, dan kepiluan Izrail juga tak mampu menghilangkan kematian cucu terkasih Abdul Muthalib itu, Kita tau Ummar bin Khattab sangat terguncang hingga ia menghunus pedangnya mengancam siapa saja yang mengatakan sang junjungan telah tiada.

Jika sang Nabi, makhluk tertinggi derajatnya di jagad raya, mengalami hal demikian apa lagi kita yang hanya manusia biasa?

Imam Al-Syawkanimenyebut mengimani takdir adalah hal paling besar dalam keimanan. Pemahaman hal yang mendalam tentang hal ini akan membuat keimanan seseorang menjadi tinggi. Hanya mukmin sejati dan hamba salehah yang benar-benar dapat mengimaninya. Mrekalah yang senantiasa ridho dan rela menerima ketentuan Allah yang baik atau buruk.

Keridhoan akan terus bersarang dalam hatinya selama hatinya Konsisten mengimani Takdir. Kerelaan ini tanpak nyata saat mukmin tersebut tak menyalakan apa dan siapapun (Apalagi Sang Khalik) ketika satu atau serentenan bencana menerapnya.

Hatinya tetap lapang dan segala kesulitan tanpak mudah jika hatinya telah diteguhkan pada takdir.

Hamba itu mengetahui segala sesuatu berasal dari Allah, sadar Allah swt adalah penciptanya, menciptakan sesuatu dari ketiadaan Ia juga mengerti Hidupnya Hak penuh khaliknya. Jika seseorang memiliki kebun berhak menanam apapun atau menjual kebun itu, tentu Allah juga berhak menghadirkan apapun atas hidup Hamba-hamba-Nya.

Kemudahan dan kelapangan itu akan berbalik berganti rasa sempit dan susah jika keimanan itu mengendur. Hati akan memberat dan dada akan terhimpit batu besar. Sekalipn memang, mengimani takdir adalah hal yang sangat berat dan genting. Tak selamanya kita bisa rela dan berlapang dada menghadapi kesulitan dan bencana karna kelemahan kemanusiaan kita.

Karenanya barangkali wajar jika Nabi Muhammad saw pernah memanjatkan do’a agar diberi keteguhan hati menghadapi takdir, sebagai modal spiritual yang diwariskan kepada Umat tercintanya.

”ya Allah....Aku berlindung kepada-Mu dari qada Buruk, serta kegembiraan musuh-musuh. Dengan demikian kami berdo’a : Ya Allah... kami berlindung kepada-Mu dari qada yaDalam kehidupan nyata beriman kepada takdir barangkali hal yang berat kita lakukan karna sifatnya yang konkret.

Hati manusia cenderung Goyah jika dihadapak dengan Takdir yang menghadirkan kepedihan.

Allah dengan kuasa dan rahmatnya menghadirkan sekian banyak takdir dalam rentang Hidup manusia sebagai hal yang pasti.

Tengoklah sirah Nabi dan kita akan mendapatkan banyak hal yanh memilukan. Laki-laki mulia itu meski menjalani ketentuan pahit saat warga Thaif menzaliminya sampai ia terluka. Darah segar juga mengucur dari wajah sucinya saat beliau terluka di perang Uhud. Tangisnya yang suci tak mampu menghalangi ketentuan Allah mewafatkan orang-orang tercintanya, istri terkasih Khadijah, paman pembelanya Hamzah, dan Abu thalib, bahkan Ayah dan Bundanya sendiri, Abdullah dan Aminah.

Tangis Sahabat, Jibril, dan kepiluan Izrail juga tak mampu menghilangkan kematian cucu terkasih Abdul Muthalib itu, Kita tau Ummar bin Khattab sangat terguncang hingga ia menghunus pedangnya mengancam siapa saja yang mengatakan sang junjungan telah tiada.

Jika sang Nabi, makhluk tertinggi derajatnya di jagad raya, mengalami hal demikian apa lagi kita yang hanya manusia biasa?

Imam Al-Syawkanimenyebut mengimani takdir adalah hal paling besar dalam keimanan. Pemahaman hal yang mendalam tentang hal ini akan membuat keimanan seseorang menjadi tinggi. Hanya mukmin sejati dan hamba salehah yang benar-benar dapat mengimaninya. Mrekalah yang senantiasa ridho dan rela menerima ketentuan Allah yang baik atau buruk.

Keridhoan akan terus bersarang dalam hatinya selama hatinya Konsisten mengimani Takdir. Kerelaan ini tanpak nyata saat mukmin tersebut tak menyalakan apa dan siapapun (Apalagi Sang Khalik) ketika satu atau serentenan bencana menerapnya.

Hatinya tetap lapang dan segala kesulitan tanpak mudah jika hatinya telah diteguhkan pada takdir.

Hamba itu mengetahui segala sesuatu berasal dari Allah, sadar Allah swt adalah penciptanya, menciptakan sesuatu dari ketiadaan Ia juga mengerti Hidupnya Hak penuh khaliknya. Jika seseorang memiliki kebun berhak menanam apapun atau menjual kebun itu, tentu Allah juga berhak menghadirkan apapun atas hidup Hamba-hamba-Nya.

Kemudahan dan kelapangan itu akan berbalik berganti rasa sempit dan susah jika keimanan itu mengendur. Hati akan memberat dan dada akan terhimpit batu besar. Sekalipn memang, mengimani takdir adalah hal yang sangat berat dan genting. Tak selamanya kita bisa rela dan berlapang dada menghadapi kesulitan dan bencana karna kelemahan kemanusiaan kita.

Karenanya barangkali wajar jika Nabi Muhammad saw pernah memanjatkan do’a agar diberi keteguhan hati menghadapi takdir, sebagai modal spiritual yang diwariskan kepada Umat tercintanya.

”ya Allah....Aku berlindung kepada-Mu dari qada Buruk, serta kegembiraan musuh-musuh. Dengan demikian kami berdo’a : Ya Allah... kami berlindung kepada-Mu dari qada yang buruk"


Sumber : Hidayah Edisi 68

Jumat, 21 Mei 2010

Ketika Kepedihan Tak Kuasa Menghapus Kebahagiaan

Ada sekian banyak tragedi dalam hidup manusia, kepedihan yang menyayat serta kepiluan yang senantiasa mengancam. Ada Angin, Air, Tanah, yang bisa jadi bencana menyapu apa saja. Ada orang tercinta yang pergi, Harta serta kedudukan yang lenyap.
Tapi... Kepedihan itu tak akan mampu menghapus kebahagiaan dan ketentraman hati jiwa-jiwa yang selalu dituntun Allah.